Shalawat Kepada Dua Nabi dan Keluarga Mereka

 

Shalawat Kepada Dua Nabi dan Keluarga Mereka

Allah Subhanahu Wa Ta’aala berfirman :

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” ( Q.S. Al-Ahzab: 56)

Betapa agungnya kedudukan Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada beliau. Shalawat dari Allah kepada beliau mempunyai makna bahwa Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau. Shalawat para malaikat diartikan beristighfar (meminta ampunan Allah) untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Allah juga memerintahkan kita bersahalawat kepada baginda. Shalawat kita merupakan  ta’zhim, penghormatan dan do’a kita untuk beliau.

Setiap Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah merupakan orang-orang yang mulia. Setiap nama mereka disebutkan, kita disunahkan bershalawat dan memberikan salam kepada mereka. Kita biasa menyebutkan Alaihis Salam atau Alaihis Shalatu Wa Sallam. Selain Rasulullah Shallallahu Alai Wa Sallam, ada satu nama nabi yang juga termasuk Ulul Azmi yang namanya kita sebut dalam shalawat ketika tasyahud. Beliau adalah Nabi Ibrahim Khalilullah Alaihis Shalaatu Wa Salam. Keluarga beliau juga disebutkan  dalam shalawat tersebut. Kita biasa mengenal degan istilah “Shalawat Ibrahimiyyah” yang mana redaksi shalawat tersebut langsung diseutkan dan diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

Hadis Riwayat Al-Bukhari No. 3119 melalui jalur Abu Humaid As-Sa’idi Radhiyallahu Anhu

حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا أَبُو فَرْوَةَ مُسْلِمُ بْنُ سَالِمٍ الْهَمْدَانِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عِيسَى سَمِعَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى قَالَ لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ أَلَا أُهْدِي لَكَ هَدِيَّةً سَمِعْتُهَا مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ بَلَى فَأَهْدِهَا لِي فَقَالَ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكُمْ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Telah bercerita kepada kami Qais bin Hafsh dan Musa bin Isma’il keduanya berkata telah bercerita kepada kami ‘Abdul Wahid bin Ziyad telah bercerita kepada kami Abu Farwah Muslim bin Salim Al Hamdaniy berkata telah bercerita kepadaku ‘Abdullah bin ‘Isa  dia mendengar ‘Abdur Rahman bi Abi Laila berkata; Ka’ab bin ‘Ujrah menemui aku lalu berkata; “Maukah kamu aku hadiahkan suatu hadiah yang aku mendengarnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”. Aku jawab; “Ya, hadiahkanlah aku”. Lalu dia berkata; “Kami pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; “Wahai Rasulullah, bagaimana caranya kami bershalawat kepada tuan-tuan kalangan Ahlul Bait sementara Allah telah mengajarkan kami bagaimana cara menyampaikan salam kepada kalian?”. Maka Beliau bersabda: “Ucapkanlah; Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majid. Allahumma baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin kamaa baarakta ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majiid” (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia) “.

Redaksi  Shalawat Ibrahimiyah dalam hadis di atas :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Selain redaksi di atas, adakah redaksi lainnya yang mirip berdasarkan hadis shahih dan boleh dibaca , yaitu:

  1. Hadis Bukhari No. 3118 melalui jalur Ka’ab Ibn Ujrah Radhiyallahu Anhu

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد

        2. Hadis Bukhari No. 4423 juga melalui Ka’ab Ibn Ujrah Radhiyallahu Anhu dengan sedikit      perbedaan redaksi :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

       3. Hadis Bukhari No. 4424 melaui jalur Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ

4. Hadis Bukhari No. 5881 juga melaui jalur Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ

5. Hadis Muslim No. 613 melalui jalur Abu Mas’ud Al-Anshari Radhiyallahu Anhu

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

6. Hadis Ahmad No 17072 dalam Musnad Asy-Syamiyyin melalui jalur Abu Mas’ud Al-Anshari Radhiyallahu Anhu

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد

Semua redaksi di atas hampir sama walaupun ada yang singkat, sedang dan agak panjang. Semua hadis di atas derajatnya shahih. Al-Imam Al-Nawawi dalam kitabnya Al-Azkar menyampaikan bahwa redaksi shalawat yang dibaca saat Tasyahud Akhir (Shalawat Ibrahimiyah) paling afdhal adalah dengan menggabungkan semua redaksi berdsarkan riwayat-riwayat shaihah di atas sebagai berikut :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ, وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ  عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ, إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

Ya Allah limpahkanlah shalawat (rahmat) kepada Muhammad hamba-Mu, Rasul-Mu, Nabi yang ummi,  dan kepada keluarga Muhammad. para istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan  shalawat (rahmat) kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim. Ya Allah limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad, hamba-Mu dan Rasul-Mu, nabi yang ummi dan keluarga Muhammad beserta para istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia.”

Yang menarik dari shalawat ini adalah betapa Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat memuliakan:

  1. Nabi kita Muhammad SAW.
  2. Keluarga, para istri dan keturunan beliau yaitu para sayyid, habib dan syarifah. Betapa besar murka Allah kepada orang-orang yang membenci, memusuhi, menyakiti dan menzhalimi  istri-istri beliau, keluarga dan anak keurunan beliau.
  3. Nabi Ibrahim As
  4. Keluarga Nabi Ibrahim As.

Mengenai tambahan kata “sayyidina” pada shalawat tersebut adalah perkara khilafiyah. Sebagian ulama tidak menambahkan, mengikuti tekstual hadis apa adanya dan sebagian lagi menambahkan dengan alasan ihtiraman wa ta’zhiman (bentuk penghormatan atau memuliakan).

Mengenal Singkat Sosok Nabi Ibrahim As.

Kata Ibrahim disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 69 kali, di dalam 25 surat. Kata Ibrahim paling banyak disebutkan di dalam surat Al-Baqarah, 15 kali. Ibrahim juga menjadi nama surat tersendiri di dalam Al-Qur’an pada urutan ke-14, setelah Ara’d dan sebelum Al-Hijr.

Ada beberapa hal yang menakjubkan pada kata Ibrahim. Jumhur Ulam Qira’at  Qira’at membaca kata Ibrahim dalam Al-Qur’an sesuai dengan rasm, yaitu “Ibraahiim”, sedangkan Qira’ah Imam Ibn Amir melalui riwayat Imam Hisyam membaca “Ibroohiim” di berbagai tempat dan adakalanya pula membaca “IBROOHAAM” di berbagai tempat, khususnya surat Al-Baqarah.

Syeikh Abd Al-Mun’im Kamil Sya’ir penyusun Kitab Al-I’jaz Al-Qur’ani Fi Al-Rsm Al-Utsmani menyebutkan bahwa “Ibroohaam” adalah nama sebelum diangkat menjadi Nabi. Adapun setelah menjadi Nabi, namanya menjadi “Ibroohiim”.

Sebagian ahli bahasa menyebutkan bahwa kata Ibrahim berasal dari Bahasa Suryani, sebagian lainnya menyebutkan berasal dari Bahasa Arab. Terlepas dari kedua bahasa tersebut, As-Suhaili dan Ibn Athiyah mengatakan bahwa kata “Ibrahim”, baik ditinjau dari Bahasa Suryani Atau Arab mempunyai arti yang sama, yaitu “Ab Rahim” (اب رجيم) “Bapak  Yang Penyayang”. Dikatakan “Bapak Yang Penyayang” karena beliau menyayangi anak-anak kecil. Beliau dan istrinya, Siti Sarah, adalah dua orang yang menyayangi anak kecil dan menjadi pengayom anak-anak kecil dari otang-orang yang beriman yang mati sejak kecil. Ada Hadis Shahih mengenai mimpi Rasulullah SAW melihat Nabi Ibrahim di surge dikelilingi anak-anak kecil riwayat Imam Bukhari melalui jalur Sahabat Samurah Ibn Jundub Al-Fazari  dia berkata, Nabi SAW bersabda:

وَالشَّيْخُ فِي أَصْلِ الشَّجَرَةِ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام وَالصِّبْيَانُ حَوْلَهُ فَأَوْلَادُ النَّاسِ

‘Adapun orang tua yang berada dibawah pohon (di surge) adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, sedangkan anak-anak yang ada disekitarnnya adalah anak-anak kecil.”

Syeikh Ibn Adil Al-Dimasyqi dalam Tafsirnya Al-Lubab Fi Ulum Al-Kitab menyebutkan bahwa ada 7 bahasa untuk kata Ibrahim :

  1. Ibroohiim (panjang Ra’ dengan Alif dan panjang Ha’ kasrah dengan Ya’), ini yang paling masyhur.
  2. Ibroohaam (Panjang Ra’ dengan Alif dan Panjang Ha; dengan Alif)
  3. Ibroohim (Panjang Ra’ dengan Alif dan kasrah Ha’ tanpa Ya’)
  4. Ibrooham (Panjang Ra’ dengan Alif dan Fathah Ha’ tanpa Alif)
  5. Ibroohum (Panjang Ra’ dengan Alif dan Dhammah Ha’ saja)
  6. Ibroham (Pendek Ra’ dan Ha’)
  7. Ibroohuum (Panjang Ra; dengan Alif dan Ha’ dhammah panjang dengaan Wawu)

Ada satu lagi yang juga unik, yaitu pada penulisan kata “Ibrahim”. Di Mushaf Al-Qur’an Rasm Utsmani, Kata Ibrahim ditulis tanpa Ya’ pada huruf Ha’ (ابرهىم). Tanpa Ya’ pada Ha’ ini berjumlah 15 dan hanya khusus pada surat Al-Baqarah. Sedangkan di surat selain Al-Baqarah (24 surat),  seluruh kata Ibrahim ditulis dengan Ya setelah Ha’ (ابراهيم). Ajib bukan?

Apakah ada perbedaan khusus dari segi tafsir antara Ibrahim tanpa huruf Ya’ dengan tanpa huruf Ya’ walaupun bacaannya sama dan yang dimaksud adalah orang yang sama?

Ada sebagian qaul ulama yang mengartikannya secara khusus walaupun pendapat ini masih diperdebatkan. Kata “Ibroohiim” tanpa Ya (ابرهىم) seperti yang dalam surat Al-Baqarah bermakna bahwa Ibrahim As saat itu belum dikaruniai seorang putra yang bernama Ishaq. Ketika beliau dikabarkan akan mempunyai dan setelah dikarunia putra bernama Ishaq, barulah kara “Ibrahim” ditulis dengan Ya’ pada huruf Ha’ (ابراهيم). Atau dengan kata lain Ibrahim tanpa Ya’ konteksnya adalah ketika beliau dijuluki sebagai Abul Arab (penghulu Bangsa Arab) karena dari Ismail lah bangsa Arab berasal. Sedangkan Ibrahim dengan ya’ konteksnya adalah ketika beliau diberi gelar Abul Ummah atau Abul Ambiya’ (Bapak Seluruh Ummat atau bapaknya para Nabi). Disebut Abul Ummah karena telah dikarunia seorang putra bernama Ishaq sebagai penghulu Bani Israil dan juga putranya Ismail sebagai penghulu bangsa Arab). Adapun disebut Abul Anbiya’ karena dari Ismail As lahir seorang Nabi yang paling agung dari semua Nabi yang berbagsa Arab, Nabi Muhammad SAW, dan dari Nabi Ishaq As lahirlah banyak Nabi, baik yang disebutkan dalam Al-Qur’an mau pun tidak disebutkan. Wallahu A’lam.

Imam As-Suhaili meriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim As dikarunia 4 orang anak laki-laki, Ismail, Ishaq, madyan dan Mada’in.

Ahli sejarah, ahli nasab dan mayoritas ahli tafsir menyebutkan nasab Nabi Ibrahim sebagai berikut :

Ibrahim Ibn Tarakh Ibn Nahur Ibn Sarugh Ibn Raghu Ibn Faligh Ibn Abar Ibn Syalah Ibn Arfakhsyad Ibn Sam Ibn Nuh Ibn lamak Ibn Matusyalah Ibn Akhnuh (Idris As) Ibn Yarid Ibn Mihlail Ibn Qinan Ibn Anusy Ibn Syits Ibn Adam As.

Jika Ibrahim adalah putra Tarakh, lalu siapakah Azar ? Bukankah di dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 74 diceritakan bahwa Ibrahim menasihati ayahnya (Azar) agar jangan menjadikanberhala sebagai sembahan?

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا ءَالِهَةً إِنِّىٓ أَرَىٰكَ وَقَوْمَكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar, “Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”

Seluruh ahli ilmu sepakat bahwa ayah Nabi Ibrahim adalah Tarakh. Adapun mengenai Azar sebagaimana terdapat dalam surat Al-An’am di atas, para ulama tafsir berbeda pendapat :

  1. Azar adalah nama lain dari Tarakh, ayah kandung Nabi Ibrahim. Umat terdahulu banyak yang memounyai nama lebih dari satu, diantaranya adalah Nabi Ya;qub As yang nama lainnya adalah Israil. Begitu juga dengan Nabi Idris As yang mempunyai nama lain , Akhnukh. Ini adalah pendapat Jumhur (mayoritas) Ulama. Selain alasan memiliki nama yang sama, ulama kelompok ini juga berdalil dengan salah satu hadis shahih riwayat Imam Bukhari no. 3101 berikut :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَلْقَى إِبْرَاهِيمُ أَبَاهُ آزَرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَى وَجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وَغَبَرَةٌ فَيَقُولُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ لَا تَعْصِنِي فَيَقُولُ أَبُوهُ فَالْيَوْمَ لَا أَعْصِيكَ فَيَقُولُ إِبْرَاهِيمُ يَا رَبِّ إِنَّكَ وَعَدْتَنِي أَنْ لَا تُخْزِيَنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ فَأَيُّ خِزْيٍ أَخْزَى مِنْ أَبِي الْأَبْعَدِ فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى إِنِّي حَرَّمْتُ الْجَنَّةَ عَلَى الْكَافِرِينَ ثُمَّ يُقَالُ يَا إِبْرَاهِيمُ مَا تَحْتَ رِجْلَيْكَ فَيَنْظُرُ فَإِذَا هُوَ بِذِيخٍ مُلْتَطِخٍ فَيُؤْخَذُ بِقَوَائِمِهِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ

“Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nabi Ibrahim Aalaihissalam bertemu dengan ayahnya, Azar, pada hari qiyamat. Ketika itu wajah Azar ada debu hitam lalu Ibrahim berkata kepada bapaknya: “Bukankah aku sudah katakan kepada ayah agar ayah tidak menentang aku?”. Bapaknya berkata; “Hari ini aku tidak akan menentangmu?” Kemudian Ibrahim berkata; “Wahai Rabb, Engkau sudah berjanji kepadaku untuk tidak menghinakan aku pada hari berbangkit. Lalu kehinaan apalagi yang lebih hina dari pada keberadaan bapakku yang jauh (dariku)?”. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir”. Lalu dikatakan kepada Ibrahim; “Wahai Ibrahim, apa yang ada di kedua telapak kakimu?”. Maka Ibrahim melihatnya yang ternyata ada seekor anjing hutan yang kotor. Maka anjing itu diambil kakinya lalu dilemparkan ke neraka”.

  1. Azar merupakan nama julukan untuk Tarakh ketika ia menyembah berhala.
  2. Azar adalah salah satu nama berhala.
  3. Azar bukanlah ayah kandung Nabi Ibrahim. Ia adalah paman Nabi Ibrahim yang menyembah berhala. Kelompok ini berargumen bahwa kata أب yang secara tekstual bermakna ayah, terkadang diartikan paman atau kerabat. Para Nabi tidak mungkin mempunyai ayah atau nenek moyang yang musyrik atau kafir. Allah memurnikan Rasulullah dari tulang sulbi yang kafir atau musyrik sampai ke penghulu manusia  pertama yaitu Nabi Adam As.

Wallahu a’lam

Ridwan Shaleh

Referensi :

  • Tafsir Al-Thabari
  • Tafsir Al-Qurthubi
  • Tafsir Al-Jalalain
  • Fath Al-Bari
  • Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi
  • Musnad Ahmad
  • Al-Adzkar Al-Nawawiyah
  • Al-Lubab Fi Ulum Al-Kitab
  • Qashash Al-Anbiya Libni Katsir
  • Al-I’jaz Al-Qur’ani Fi Al-Rsm Al-Utsmani

 

 

 

 

 

 

Donasi PKH