Problem Rumah Tangga


Assalamu’alikum Wr.Wb…
Penghasilan saya perbulan Alhamdulillah 9jt perbulan…saya nafkah kan untuk istri dan 2 anak kami 6 jt perbulan…dg rincian bayar kewajiban KPR 750rb…Iuran listrik air dan beras 500rb untuk mertua…karena rumah belum bisa ditinggali jadi masih numpang di rumah mertua…sisa 3jt untuk ongkos dan makan saya dg rincian…1.3jt bayar kewajiban Bank (Biaya renovasi KPR)…pulsa untuk istri 150rb, zakat penghasilan 250rb…sisa 1.3 jt untuk keperluan pribadi (termasuk servis motor perbulannya dan pulsa untuk saya)…jadi Alhamdulillah…untuk perbulannya ongkos dan makan sekitar +1jt…
Permasalahan muncul ketika saya kadang kekurangan “ongkos” karena kadang keluarga saya (ibu atau adik-adik saya) meminta bantuan financial…saya secara sembunyi-sembunyi terpaksa berhutang ke teman bahkan tidak jarang…”memangkas jatah” makan saya demi tercukupinya ongkos sampai akhir bulan lagi…tanpa “menggangu” sedikitpun jatah nafkah untuk istri…Disini istri mulai berprasangka kalau saya “terlalu” dimanf’aatkan oleh keluarga saya…dan diantara saudara-saudara saya yang sudah berkeluarga, Alhamdulillah saya yang diberi “kelapangan” rezeki lebih oleh Allah (Insya Allah)…sehingga jika ada “keperluan” financial Ibu,Ayah atau saudara…lebih memilih saya untuk dimintai pertolongannya…(Demi Allah saya sangat bersyukur ketika Allah “meringankan” permintaan tolong mereka terhadap saya)…Insya Allah ini adalah “petunjuk Allah” agar saya menambah amal ibadah melalui harta…karena mungkin ada disisi lain ada ibadah saya yang kurang…Insya Allah…
Puncaknya ketika istri..sudah mengatakan sesuatu yang kurang pantas kepada saya tentang ibu dan saudara-saudara saya…
Demi Allah yang paling saya takutkan adalah talbis iblis tentang perceraian…dan lebih takut lagi terjerumus dosa durhaka terhadap ibu…karena saya takut jika ibu mendengar ini entah dari saudara atau saya maka ibu tentu tidak ridho…mohon doa’nya semoga Allah melembutkan hati Ibu,Istri,Saudara dan saya sehingga memperoleh kemudahan dalam menerima hidayah Allah…dan mohon nasihatnya apa yang harus saya pilih keridhoan ibu dengan resiko talaq (Nauzdubillah)…atau mempertahankan Rumah Tangga dengan resiko tak diridhoi ibu…kejadian ini sudah berlangsung hampir 6 bulan, Insya Allah saya sudah sering menasehati sesuai kemampuan agama walaupun “sekedarnya” karena fakirnya ilmu agama saya dan terus “Bersabar” dengan cara mendiamkan perilaku istri tapi saya pun takut sabar saya tidak dibenarkan oleh agama karena mendiamkan kemudharatan yang ada,…mohon nasihatnya yang mana yang paling sesuai dan terbaik menurut Qur’an dan Sunnah..
Jawaban :
Wa alaikumus salam wr wb.
Seperti yang kita maklumi bahwa dalam berumah tangga tentu ada saja ujiaanya. Dalam hal ini tentu istri bapak. Semua orang tentu tidak mau bercerai kecuali memang jika sangat terpaksa dan mempertimbangan bahwa cerai adalah cara terbaik agar kedua belah tidak terus menerus bersilang pendapat yang mengakibatkan ketidak harmonisan kedua belah pihak. Namun jika finalnya harus memilih mana yang lebih antara memilih ridha ibu atau cinta istrui ? tentu jawaban yang benar adalah lebih memilih ridha ibu kandung ketimbang cinta istri. Kenapa ? Istri bisa diganti, tapi kita tidak pernah bisa mengganti ibu kita.
Tapi ingatlah, cerai adalah jalan paling terakhir. Bapak sebagai suami tentu harus beriktiar maksimal agar rumah tangga berjalan harmonis. Istri termasuk orang yang wajib didik oleh suami. Dalam mendidik tentunya tidak bisa instan. Mendidik perlu kesabaran. Cara mendidik banyak sekali diantaranya dengtan bapak memberi nasihat bahwa bapak juga berkewajiban menafkahi ibu kandung selain berkewajiban menafkahi istri dan anak. In sya Allah dengan sering memberi nasihat tersebut istri akan lebih faham. Selain menasihati, bapak juga bisa mendidik istri agar dia sering mengikuti taklim agar sering mendengar nasihat. Setelah itu bapak banyak berdo’a agar Allah membuka pintu hati istri bapak sehingga memahami bahwa mertua adalah ibu untuk istri bapak.
Wallahu a’lam

Ustadz Menjawab