Mau Memilih Pemimpin ? Lihat Dulu Bithanahnya !

 

قَالَ الإِمَامُ البُخَارِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى : حدّثنا أصبغ قال : أخبرنا ابن وهب قال : أخبرني يونسعن ابن شهابعن أبي سلمة عن أبي سعيد الخدريّ عن النّبيّ صلّى اللّه عليه وسلّم قال:  مَا بَعَثَ اللَّهُ مِنْ نَبِيٍّ وَلاَ اسْتَخْلَفَ مِنْ خَلِيفَةٍ إِلاَّ كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ فَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَ اللَّهُ تَعَالَى وَقَالَ: سُلَيْمَانُ، عَنْ يَحْيَى أَخْبَرَنِي ابْنُ شِهَابٍ بِهَذَا وَعَنْ ابْنِ أَبِي عَتِيقٍ وَمُوسَى، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ مِثْلَهُ وَقَالَ: شُعَيْبٌ، عَنْ الزُّهْرِيِّ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَوْلَهُ وَقَالَ: الأَوْزَاعِيُّ وَمُعَاوِيَةُ بْنُ سَلاَّمٍ حَدَّثَنِي الزُّهْرِيُّ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: ابْنُ أَبِي حُسَيْنٍ وَسَعِيدُ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَوْلَهُ وَقَالَ: عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي جَعْفَرٍ حَدَّثَنِي صَفْوَانُ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

 

Al Imam Al-Bukhari Rahimahullahu Ta’ala berkata : Telah menceritakan kepada kami Ashbagh dia berkata :telah mengabarkan kepada kami Ibn Wahb dia berkata : telah mengabarkan kepadaku Yunus, dari Ibn Syihab, dari Abu Salamah, dari Abu Sa’id al-Khudri, dari Nabi saw yang bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi atau mengangkat seorang khalifah selain ia mempunyai dua “bithanah”, bithanah yang memerintahkannya kebaikan dan memotivasinya, dan bithanah yang menyuruhnya berbuat keburukan dan mendorongnya, maka orang yang terjaga adalah yang dijaga Allah ta’ala.” Sulaiman mengatakan dari Yahya, telah mengabarkan kepadaku Ibn Syihab dengan hadist ini, dan dari Ibn Abu Atiq dan Musa dari Ibn Syihab hadis yang sama, sedang Syu’aib mengatakan dari al-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Abu Salamah, dari Abu Sa’id… seperti hadis diatas. Sedang al-Auza’i dan Mu’awiyah ibn Salam mengatakan, telah menceritakan kepadaku al-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Abu Salamah, dari Abu Hurairah dari Nabi saw Sedang Ibn Abu Husain dan Sa’id ibn Ziyad mengatakan, dari Abu Salamah, dari Abu Sa’id, seperti hadis diatas, dan Ubaidullah ibn Abu Ja’far, telah menceritakan kepadaku Shafwan dari Abu Salamah, dari Abu Ayyub mengatakan: aku mendengar Nabi saw (HR. Bukhari No. 6659) Hadis semisal juga diriwayatkan oleh Nasa’i No. 4131 dan Ahmad 10.914)

Pemimpin mempunyai tanggung jawab yang sangat besar. Ia diamanahkan untuk mengayomi, melindungi dan mengurus orang-orang yang dipimpimnya. Yang paling berat bagi pemimpin adalah ketika ia mempertanggung jawabkan kepemimpinannya tersebut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam memimpin, tentu ia tidak bekerja sendiri. Ia akan dibantu oleh orang-orang yang ia angkat.

Dalam hal mengangkat orang-orang yang akan membantunya dalam memimpin, tentu ia harus hati-hati dan penuh pertimbangan. Orang-porang yang akan membantunya tentu berpengaruh terhadap kinerja, kualitas dan kebijakan yang akan diambilnya. Salah memilih staf, tentu berisiko.

Rasulullah Shalla Allahu Alaihi Wa Sallam mengingatkan bahwa pemimpin mempunyai dua bithanah. Pertama, bithanah yang selalu memerintahkan kebaikan dan selalu mendorongnya berbuat baik, mendorongnya memimpin dengan adil, mendorongnya untuk mengambil kebijakan yang tepat dan bermashlahat tanpa memandang suatu kelompok atau golongan. Kedua, bithanah yang selalu mendorong pemimpin untuk berbuat keburukan, kezhaliman dan membuat kebijakan yang merugikan rakyat.

Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqallani dalam kitabnya Fathul Baari’, mengungkapkan perbedaan pendapat para ulama mengenai arti bithanah. Menurut Ibn At-Tiin, bithanah diartikan menteri atau juga mengandung makna Malaikat dan Syaithan. Sedangkan bithanah menurut Al-Kirmani adalah nafsu yang mendorong keburukan dan nafsu yang mendorong kebaikan. Adapun menurut Al-Muhib At-Thabari, bithanah adalah “teman dekat ” atau “teman yang tulus ikhlas (terbaik).”

Kata bithanah juga terdapat di dalam surat Ali Imran ayat 118 sebagai berikut :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya”. (Suber terjemah : Kemenag/Depag RI)

Pada terjemah yang diterbitkan Depag, bithanah artinya teman kepercayaan.

Adapun terjemah ayat yang sama oleh Prof. Dr. H. Mahmud Yunus (Tafsir Qur’an Karim) sebagai berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil teman menyimpan rahasia dari orang yang bukan dari golonganmu, mereka itu tidak segan untuk membinasakanmu, mereka bercita-cita hendak memberi kemelaratan kepadamu. Sesungguhnya telah terang (perkataan) kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh dadanya lebih besar (kejahatannya). Sesungguhnya, telah kami nyatakan beberapa keterangan kepadamu, jika kamu mengerti.”

Pada terjemah di atas, bithanah diartikan dengan teman yang mampu menyimpan rahasia. Teman yang dapat menyimpan rahasia bisa saja diartikan teman dekat atau orang kepercayaan.

Sedangkan terjemah ayat yang sama oleh Prof. Dr. M. Quraish Syihab :

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sekalian mengangkat selain pengikut agamamu sebagai orang-orang kepercayaan, tempat kalian meminta bantuan dan mengungkapkan rahasia! Karena, mereka tidak akan segan-segan merusak urusan kamu sekalian. Mereka akan senang bila dapat menyusahkan dan mendatangkan mudarat yang paling berat atas diri kamu sekalian. Telah tampak dengan jelas tanda-tanda kebencian dari ucapan yang mereka kemukakan. Dan yang tersimpan dalam hati lebih besar dari itu. Sungguh Kami telah menunjukkan kepadamu tanda-tanda yang membedakan antara kawan dan lawan, jika kamu sekalian termasuk golongan yang berpikir dan berpengetahuan benar.” (sumber : http://id.noblequran.org/quran/surah-ali-imran/ayat-118/,diakses pada 10 April 2019, pukul 09.39 WIB)

Pada terjemah oleh Prof. Dr. M. Quraish Syihab, bithanah artinya orang-orang kepercayaan.

Jika menggabungkan beberapa makna bitthanah yang telah dikemukakan oleh para ulama di atas, maka bithanah bisa meliputi internal dan eksternal pada diri pemimpin. Internalnya adalah karakter pemimpin itu sendiri (baik, jujur, serakah, munafik, dan lain-lain) dan eksternalnya adalah orang-orang yang berada di sekilingnya yang sekiranya berpotensi menjadi bithanah (orang kepercayaan) yang akan membantunya menjalankan pemertintahan dan berpengaruh terhadap keputusan atau kebijakan yang akan diambilnya.

Melihat calon pemimpin, tentu melihat calon bithanah. Melihat calon pemimpin kepada siapa ia berkelompok dan kepada siapa ia berpihak. Semoga hadis di atas dapat membantu kita untuk memilih pemimpin yang tepat, aamiin.

Wallahu a’lam.

Ridwan Shaleh

 

Donasi PKH