Posisi Tidur


Assalamu’alaikum Wr.Wb. Bapak Ustadz yang terhormat. Perkenalkan nama saya Ginanjar. Saya sudah 2 lebih tahun berkeluarga. Saya mau bertanya masalah posisi tidur yang benar untuk suami istri. Apakah suami tidur di samping kanan istri atau di samping kiri istri. Karna melihat sejarah penciptaan Nabi Adam dan Siti Hawa. Bahwa Siti Hawa diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk kiri Adam yang paling bengkok. Dan pada saat Adam terbangun, Siti Hawa berada di samping kiri Adam. Mohon pencerahannya. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jawaban :

Pada dasarnya posisi tidur untuk suami istri tidak ada aturan baku. Mau dimana saja tidak masalah selama keduanya nyaman dan menimbulkan kemesraan dan kehangatan. Namun jika ingin mengambil sunnah Rasulullah, ada hadis yang berlaku umum, baik untuk diri sendiri, suami, istri, atau siapa saja. Berikut hadisnya :

عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ حَدَّثَنِي الْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ثُمَّ قُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ وَاجْعَلْهُنَّ مِنْ آخِرِ كَلَامِكَ فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مُتَّ وَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ قَالَ فَرَدَّدْتُهُنَّ لِأَسْتَذْكِرَهُنَّ فَقُلْتُ آمَنْتُ بِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ  (رواه مسلم)

Dari Sa’d bin ‘Ubaidah telah menceritakan kepadaku Al Barra’ bin ‘Azib bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Apabila kamu hendak tidur, maka berwudhulah sebagaimana kamu berwudhu untuk shalat. Setelah itu berbaringlah dengan miring ke kanan, lalu berdoalah: ‘ ALOOHUMMA INNII ASLAMTU WAJHII ILAIKA, WAFAWWADHTU AMRII ILAIKA, WA-ALJA’TU ZHOHRII ILAIKA ROGHBATAN WAROHBATAN ILAIKA, LAA MALJA’A WALAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA, AAMANTU BIKITAABIKALLADZII ANZALTA, WABINABIYYIKALLADZII ARSALTA ‘Ya AIlah ya Tuhanku, aku Pasrahkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku serahkan punggungku kepada-Mu dengan berharap-harap cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman dari adzab-Mu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus.’ Jadikan bacaan tersebut sebagai penutup ucapanmu menjelang tidur. Apabila kamu meninggal dunia pada malam itu, maka kamu meninggal dalam kesucian diri (fitrah).” Al Barra’ berkata; ‘Saya mengulang-ulang bacaan tersebut agar hafal dan saya ucapkan; ‘Saya beriman kepada rasul-Mu yang telah Engkau utus.’ Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: ‘Ucapkanlah; ‘Saya beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus.” (HR. Muslim)

Dari hadis yang cukup panjang di atas, sebelum tidur kita disunnahkan wudhu, lalu berbaring dengan miring ke kenan. Mengapa Rasulullah berbaring dengan miring ke kanan ? Imam Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah suka dengan yang berbau kanan (Tayamun).

Jika dilihat dari hadis di atas, boleh saja istri berada di kanan suami, dua-duanya menghadap miring ke kanan, dengan demikian istri berada di depan suami dan suami memeluk istrinya. Jadi baik suami maupun istri sama-sama menghadap ke kanan bukan ? Artinya baik istri maupun suami sama-sama mendapati sunnah Rasulullah SAW.

Wallahu A’lam

Ridwan Shaleh

Support Dakwah Pusat Kajian Hadis via link :

http://Donasi.pkh.or.id

 

Ustadz Menjawab