Menghina Nabi Muhammad SAW, Pelanggaran Berat !

 

Muhammad, Nama yang sangat Mulia.

Rasulullah SAW bersabda :

حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ قَالَ حَدَّثَنِي مَعْنٌ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِي الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي وَأَنَا الْعَاقِبُ

Telah bercerita kepadaku Ibrahim bin Al Mundzir berkata telah bercerita kepadaku Ma’an dari Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku memiliki lima nama, Aku adalah (1). Muhammad, (2). Ahmad, (3). aku juga Al Mahiy (penghapus), maksudnya Allah menghapuskan kekafiran melalui perantaraanku, (4). Aku juga Al Hasyir (penghimpun), maksudnya manusia akan berhimpun di bawah kakiku dan aku juga (5) Al ‘Aqib, yang artinya tidak ada seorang nabi pun sepeninggalku. (HR. Bukhari 3268)[1]

Muhammad artinya terpuji. Apapaun yang dilakukan oleh Rasulullah SAW merupakan hal yang terpuji. Sebelum beliau diutus menjadi rasul, masyarakat Makkah semua sepakat bahwa Muhammad adalah Al-Amin, orang yang dapat dipercaya karena tidak pernah berdusta. Tidak ada seorang pun yang disepakati oleh mereka untuk memindahkan Al-Hajar Al-Aswad kecuali satu nama, Muhammad !

Ibn Hajar Al-Asqallani mengutip perkataan Iyadh bahwa ada sebagian orang Arab yang menamakan anak mereka Muhammad lantaran mereka mendengar dari para dukun dan pendeta bahwa kelak ada seorang nabi terakhir yang akan diutus yang bernama Muhammad. Mereka berharap bahwa anak merekalah yang dimaksud. Di saat itulah ada enam orang yang bernama Muhammad.  As-Suhaili mengatakan dalam kitabnya “Ar-Raudh” bahwa hanya tiga nama Muhammad yang dikenal bangsa Arab sebelum Rasulullah SAW diutus, yaitu : Muhammad Ibn Sufyan Ibn Mujasyi’, Muhammad Ibn Uhaihah Ibn Al-Jalah dan Muhammad ibn Hamran Ibn Rabiah.[2]

Beliau juga bernama Ahmad, yang berarti banyak memuji Allah. Dinamkan demikian karena hanya beliaulah yang mencapai “Al-Maqam Al-Mahmud”, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis shahih bahwa beliaulah yang pertama kali membuka pintu surga.[3]

Beliau juga bernama Al-Mahi, yang bertugas menghapus kekafiran. Dengan dakwah yang luar biasa sabar, beliau mengajak manusia dari kekafiran menuju Islam, agama yang sempurna. Beruntunglah umat Islam seluruh dunia yang berpegang teguh dengan keimanan dan keislaman sampai akhir hayat. Surga hanya bisa dimasuki oleh mereka yang muslim.

Beliau juga bernama Al-Hasyir, Nabi yang menghimpun manusia di bawah kakinya.[4]

Beliau juga bernama Al-Aqib, Nabi penutup. Tiada Nabi lagi setelah beliau sampai hari akhir.

Melalui hadis di atas, kita memahami bahwa beliau merupakan manusia yang paling mulia di bunia ini. Jika ada penistaan atau tindakan penghinaan kepada beliau, tentu merupakan tindakan tindakan yang teramat keji. Menjadikan nama ‘Muhammad” sebagai olok-olok atau menyandingkan nama Belau SAW dengan hal-hal yang tidak patut, tentu menyakiti beliau. Menyakiti Rasulullah tentu menyakiti Allah, juga menyakiti umat Islam seluruh dunia !

Al-Qur’an Berbicara Tentang Penghina Allah dan Nabi-Nya.

Q.S. Al-Ahzab : 57

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا

“Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka.”

Al-Qur’an juga menyinggung mereka yang menyakiti kaum mu’minin. Q.S Al-Ahzab : 58 sebagai berikut :

وَٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ بِغَيْرِ مَا ٱكْتَسَبُوا۟ فَقَدِ ٱحْتَمَلُوا۟ بُهْتَٰنًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”

Tindakan menyakiti bisa berbentuk perkataan atau perbuatan. Jika konteksnya adalah menyakiti Allah, maka yang dimaksud adalah tindakan makhluk yang menyebabkan Allah murka. Sebab secara hakikat, makhluk tidak akan bisa menyakiti Allah. Adapun menyakiti Rasulullah, bisa berupa tindakan atau perbuatan. Adapun maksud dari laknat adalah jauh dari kasih sayang Allah, baik di dunia dan akhirat. Dan jika sudah dilaknat, maka balasan di akhirat adalah adzab beraka yang menghinakan penghuninya. Dahulu mereka dengan sombongnya menghina dan menyakiti Allah dan Rasul-nya, maka di neraka sudah sepantasnya mereka dihinakan.[5]

Jangan main-main dengan laknat Allah yang Maha Berat Siksaan-Nya dan Maha Menghinakan Makhluk-Nya. !

Menghina Rasulullah di Indonesia, tentu membuat masyarakat dunia merasa marah, begitu sebaliknya. Tindakan menghina Rasulullah baik yang dilakukan oleh perorangan, komunitas ataupun korporat, tentu sangat tidak dibenarkan dan merupakan tindak kejahatan moral yang serius. Tindakan ini termasuk pelanggaran berat dan tentunya hukumnya juga harus berat. Wal Iyadzu Billah.

 

Wallahu A’lam.
Ridwan Shaleh

 

[1] Diriwayatkan pula oleh Muslim 4342 dan Tirmidzi 2766

[2] Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar Al-Asqallani, Fath Al Bari, Al-Maktabah As-Salafiyah, t.t., Juz 6, hal 556.

[3] Lihat Tuhfat Al-Ahwadzi bab Asma’ An-Nabi

[4] Para ulama berbeeda pendapat dalam mengartikan makna Al-Hasyir. Sebagian mereka berpendapat bahwa beliau mengumpulkan seluruh manusia untuk memeluk Islam ketika beliau diutus menjadi Nabi. Sebagian lagi mengatakan bahwa Al-Hasyir bermakna bahwa beliau nanti menjadi saksi untuk seluruh umat manusia di hari kiamat. Lihat Fathul Bari’ sesuia fotnot no. 2

[5] Lihat tafsir Asy-Sya’rawi

Donasi PKH