Seorang siswi Muslim kelas 8 menghadapi pengalaman emosional yang tidak mengenakan pada hari pertamanya masuk sekolah setelah seorang guru menegurnya karena pelanggaran seragam karena dirinya mengenakan jilbab.
Baca juga: Bintang Rugby Selandia Baru Gembira atas Keputusan Isterinya Kenakan Jilbab
“Dia pulang ke rumah sambil menangis dan dalam keadaan emosional yang mengerikan dan menolak untuk pergi ke sekolah besok,” tulis seorang anggota keluarga dalam postingan Facebook yang sekarang viral.
Siswi Muslim bernama Afnan Zeabi itu adalah seorang pelajar di Mystic Valley Regional Charter School di Malden, di pinggiran kota Boston, Massachusetts.
Pihak sekolah mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email bahwa mereka memungkinkan siswa untuk mengenakan pakaian keagamaan “sebagai ekspresi dari keyakinan yang mereka pegang dengan tulus,” tetapi meminta siswa untuk memberikan surat yang menyatakan keinginan mengenakan pakaian keagamaan ini berasal dari seorang anggota pemuka agama mereka,” USA Today melaporkan.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Massachusetts mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah berhubungan dengan keluarga dan sedang menyelidiki kasus ini.
“Keluarga telah memberi wewenang kepada kami dan kami bisa memberi tahu Anda bahwa situasi langsung terkendali, karena siswi tersebut sudah bisa mengenakan jilbabnya di sekolah,” kata staf CAIR.
“Kami akan terus menyelidiki apa yang terjadi, meninjau kebijakan sekolah, dan meneliti undang-undang negara bagian dan federal yang berlaku. Kami juga akan mewawancarai saksi dan mendengarkan mitra komunitas kami,” kata staf tersebut.
Walikota Malden Gary Christenson juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia sedih mendengar tentang insiden itu dan telah menghubungi pihak sekolah untuk mereformasi kebijakan seragamnya.
“Saya mengerti bahwa MVRCS telah teguh dalam komitmen terhadap kebijakan seragamnya, namun, sebagai anggota terkemuka dari komunitas Muslim kami menyatakan, mengenakan jilbab adalah hak yang dilindungi, itu bukan bagian dari seragam dan tidak boleh dipandang seperti itu,” kata Christenson.
Islam melihat jilbab sebagai kode wajib berpakaian, bukan hanya simbol agama yang menunjukkan afiliasi seseorang.
Stigma seputar jilbab atau hijab selalu menjadi tantangan terburuk yang dihadapi pelajar Muslim. Untuk menyatukan budaya yang berbeda, sebuah perguruan tinggi Wisconsin menyelenggarakan acara “A Day In Her Hijab” November lalu untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar tentang jilbab dan Islam.[ah/usatoday]