Syukur yang tak terhingga bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa usia kemerdekaan RI telah mencapai 77 tahun. Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa, melalui wasilah dan perjuangan para pahlawan bangsa kita memperoleh kemerdekaan. Para ulama, santri dan seluruh rakyat gigih memperjuangkan tanah air. Semoga Allah SWT menjadikan mereka para syuhada dan menempatkan mereka di surga Firdaus, aamiin.
Di saat perang melawan para penjajah, sangat dimungkinkan para pejuang kita yang mayoritas beragama Islam melaksanakan “Shalat Khauf”, yaitu shalat wajib yang dilaksanakan dalam keadaan genting karena khawatir akan datangnya serangan musuh secara tiba-tiba. Ada baiknya kita kembali membahas diskursus Shalat Khauf memalui artikel kita saat ini.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa : 102) :
وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوٓا۟ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا۟ فَلْيَكُونُوا۟ مِن وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ يُصَلُّوا۟ فَلْيُصَلُّوا۟ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا۟ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم مَّيْلَةً وَٰحِدَةً وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِن كَانَ بِكُمْ أَذًى مِّن مَّطَرٍ أَوْ كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَن تَضَعُوٓا۟ أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوا۟ حِذْرَكُمْ إِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَٰفِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا﴾
“Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata mereka, kemudian apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang lain yang belum salat, lalu mereka salat denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka. Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu sekaligus. Dan tidak mengapa kamu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat suatu kesusahan karena hujan atau karena kamu sakit, dan bersiap siagalah kamu. Sungguh, Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.”
Syeikh Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsirnya Al-Wajiz mengenai ayat ini menyebutkan bahwa :
نزلت هذه الأية حينما صلى المومنون مع رسول الله صلى الله عليه و سلم الظهر, فقال المشركون : قد كانوا على حال, لو كنا أصبنا منهم غرة¸ قالوا : تأتى عليهم صلاة هى احب اليهم من ابائهم, و هى العصر, فنزل جبريل بهذه الاية بين الظهر و العصر, و هم بعسفان. و على المشركين خالد ابن الوليد و هم بينهم و بين القبلة.
“Ayat ini turun ketika kaum mu;minin sholat Zuhur berjamaah bersama Rasulullah SAW. Kaum musyrikin berkata: “Mereka telah mengira bahwa kami akan terkena tipu daya mereka.” Mereka berkata: “Telah datang waktu sholat yang lebih mereka cintai daripada orang tua mereka yaitu sholat Ashar.” Lalu kemudian Jibril turun dengan membawa ayat ini pada waktu antara zuhur dan ashar. Mereka berada di lembah usfan dan di depan orang-orang musyrik ada Khalid bin Walid, mereka di antara orang-orang musyrik dan kiblat.”
Menurut jumhur mufassir, ayat ini menrangkan kaifiyat shalat khauf ketika posisi musuh berada dari arah kiblat.
Tata Cara Shalat Khauf.
Jika musuh berada dari arah kiblat :
Perhatikan hadis berikut :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْخَوْفِ فَصَفَّنَا صَفَّيْنِ صَفٌّ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْعَدُوُّ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ فَكَبَّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَبَّرْنَا جَمِيعًا ثُمَّ رَكَعَ وَرَكَعْنَا جَمِيعًا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ وَرَفَعْنَا جَمِيعًا ثُمَّ انْحَدَرَ بِالسُّجُودِ وَالصَّفُّ الَّذِي يَلِيهِ وَقَامَ الصَّفُّ الْمُؤَخَّرُ فِي نَحْرِ الْعَدُوِّ فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السُّجُودَ وَقَامَ الصَّفُّ الَّذِي يَلِيهِ انْحَدَرَ الصَّفُّ الْمُؤَخَّرُ بِالسُّجُودِ وَقَامُوا ثُمَّ تَقَدَّمَ الصَّفُّ الْمُؤَخَّرُ وَتَأَخَّرَ الصَّفُّ الْمُقَدَّمُ ثُمَّ رَكَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَكَعْنَا جَمِيعًا ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ وَرَفَعْنَا جَمِيعًا ثُمَّ انْحَدَرَ بِالسُّجُودِ وَالصَّفُّ الَّذِي يَلِيهِ الَّذِي كَانَ مُؤَخَّرًا فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى وَقَامَ الصَّفُّ الْمُؤَخَّرُ فِي نُحُورِ الْعَدُوِّ فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السُّجُودَ وَالصَّفُّ الَّذِي يَلِيهِ انْحَدَرَ الصَّفُّ الْمُؤَخَّرُ بِالسُّجُودِ فَسَجَدُوا ثُمَّ سَلَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَلَّمْنَا جَمِيعًا قَالَ جَابِرٌ كَمَا يَصْنَعُ حَرَسُكُمْ هَؤُلَاءِ بِأُمَرَائِهِمْ
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Abu Sulaiman dari Atha` dari Jabir bin Abdullah ia berkata; “Aku pernah ikut menunaikan shalat Khauf bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kami berbaris dua shaf di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan musuh berada tepat antara kami dan kiblat (di hadapan kami). Mula-mula Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir, lalu kami semua ikut bertakbir. Kemudian beliau ruku’ dan kami pun ikut ruku’ semua. Kemudian beliau I’tidal (bangkit) dari ruku’, maka kami bangkit pula semuanya. Sesudah itu, beliau turun untuk sujud bersama-sama dengan shaf yang pertama, sedangkan shaf kedua tetap berdiri untuk berjaga-jaga. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama shaf pertama telah selesai sujud dan telah berdiri, barulah shaf kedua turun untuk sujud, dan mereka terus bangun kembali. Sesudah itu, shaf kedua maju ke depan, sedangkan shaf pertama mundur. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ruku’ dan kami ruku’ pula semuanya. Kemudian beliau bangkit dari ruku’, lalu kami bangkit pula semuanya. Kemudian beliau turun untuk sujud diikuti oleh shaf yang berada di belakang beliau. Sedangkan shaf yang setelahnya (tadinya shaf pertama) tetap berdiri untuk berjaga-jaga ke arah musuh. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan shaf yang berada di belakangnya telah selesai sujud, barulah shaf yang kedua turun untuk sujud. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam, dan kami pun mengucapkan salam semuanya.” Jabir berkata; Sebagaimana yang dilakukan oleh para penjaga kalian bersama para pemimpinnya.” (HR. Muslim No. 1387)
Berdasarkan hadis di atas, maka kaifiyah (tata cara) shalat khauf yang dilaksanakan jika musuh berada dari arah kiblat sebagai berikut :
- Imam membagi jamaah menjadi dua shaf, sahaf pertama dan shaf kedua.
- Ketika imam takbiratul Ihram, maka seluruh jamaah ikut bertakbir bersama imam.
- Ketika imam rukuk, maka seluruh makmum rukuk bersama imam.
- Ketika imam bangkit dari rukuk’, makmum semuanya kit bangkit dari ruku’ bersama imam.
- Ketika imam sujud, baik sujud petama, duduk diantara dua sujud dan sujud kedua, maka shaf pertama mengikuti imam. Adapun shaf kedua tetap berdiri untuk menjaga datangnya musuh.
- Setelah imam dan shaf pertama selesai sujud dan bangkit berdiri untuk melaksanakan rakaat kedua, maka shaf kedua baru menyusul untuk melakukan sujud hingga selesai dan berdiri kembali untuk melaksanakan rakaat kedua.
- Di permulaan rakaat kedua, jamaah pada shaf kedua maju menempati shaf pertama dan shaf pertama mundur bergantian ke shaf kedua.
- Ketika imam rukuk untuk rakaat kedua, maka semua makmum ikut ruku.
- Ketika imam bangkit dari ruku’ (I’tidal), maka semua makmum ikut bangkit dari ruku’.
- Ketika imam sujud, baik sujud pertama, duduk diantara dua sujud dan sujud kedua, maka shaf pertama (yang semula adalah shaf kedua) ikut sujud, duduk diantara dua sujud dan sujud kedua.
- Ketika imam dan shaf pertama duduk tahiyat, maka shaf kedua (yang semula shaf pertama) baru menyusul melaksanakan sujud, duduk diantar dua suju dan sujud kedua.
- Imam bertasyahud akhir bersama seluruh makmum (baik shaf pertama dan kedua, kemudian salam dan seluruh makmum melakukan salam.
Jika Musuh Berada di Selain Arah Kiblat.
Hadis Rasulullah SAW :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ عَنْ صَالِحِ بْنِ خَوَّاتٍ عَمَّنْ شَهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ ذَاتِ الرِّقَاعِ صَلَّى صَلَاةَ الْخَوْفِ أَنَّ طَائِفَةً صَفَّتْ مَعَهُ وَطَائِفَةٌ وِجَاهَ الْعَدُوِّ فَصَلَّى بِالَّتِي مَعَهُ رَكْعَةً ثُمَّ ثَبَتَ قَائِمًا وَأَتَمُّوا لِأَنْفُسِهِمْ ثُمَّ انْصَرَفُوا فَصَفُّوا وِجَاهَ الْعَدُوِّ وَجَاءَتْ الطَّائِفَةُ الْأُخْرَى فَصَلَّى بِهِمْ الرَّكْعَةَ الَّتِي بَقِيَتْ مِنْ صَلَاتِهِ ثُمَّ ثَبَتَ جَالِسًا وَأَتَمُّوا لِأَنْفُسِهِمْ ثُمَّ سَلَّمَ بِهِمْ وَقَالَ مُعَاذٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَخْلٍ فَذَكَرَ صَلَاةَ الْخَوْفِ قَالَ مَالِكٌ وَذَلِكَ أَحْسَنُ مَا سَمِعْتُ فِي صَلَاةِ الْخَوْفِ
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik dari Yazid bin Ruman dari Shalih bin Khawwat dari orang yang menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat khauf saat perang Dzatur Riqa’, bahwa sekelompok pasukan berbaris dalam shaf bersama beliau, sedangkan kelompok lain berjaga-jaga menghadap musuh. Beliau lalu shalat beserta kelompok pertama satu raka’at, beliau tetap berdiri sementara kelompok tersebut menyelesaikan shalat mereka masing-masing, setelah itu mereka beranjak dan berjaga-jaga menghadap musuh (menggantikan kelompok kedua). Kemudian datang kelompok lain yang semula berjaga-jada lalu shalat satu raka’at bersama beliau dari shalat beliau yang masih kurang, kemudian beliau duduk. Sedangkan kelompok kedua, menyelesaikan kekurangan raka’at mereka masing-masing, setelah itu beliau salam bersama mereka.” [Mu’adz] mengatakan; telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari Abu Az Zubair dari Jabir ia berkata; “Kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di wilayah Nakhl”. Lalu Jabir menceritakan tentang shalat khauf. Malik berkata; “Ini adalah keterangan yang paling baik yang pernah aku dengar tentang shalat khauf.” (HR. Bukhari 3817).
Berikut kaifiyah shalat khauf jika musuh berada di selain arah kiblat :
- Imam membagi dua kelompok jamaah, kelompok pertama dan kelompok kedua.
- Imam takbiratul ihram dan mengerjakan rakaat pertama bersama kelompok pertama yang posisinya berada di belaknag imam. Sedangkan kelompok kedua berdiri dan berjaga-jaga menghadap arah datangnya musuh.
- Setelah imam beridiri untuk rakaat kedua, imam menahan shalatnya agak lama. Kelompok pertama melaksanakan rakaat kedua secara sendiri-sendiri (tidak mengikuti imam) dan kemudian salam.
- Ketika kelompok pertama salam dan imam masih terus berdiri, maka kelompok kedua bertukar posisi dengan kelompok pertama. Kelompok kedua berdiri di belakang imam lalu bertakbiratul ihram untuk ikut shalat bersama imam. Sedangkan kelompok pertama bergantian berdiri berjaga-jaga menghadap arah musuh.
- Ketika imam duduk tasyahud akhir, kelompok kedua meneruskan shalatnya untuk rakaat kedua dan dilaksanakan masing-masing (tidak mengikuti imam) hingga duduk tasyahud akhir dan salam bersama imam.
Jika perang sedang berkecamuk (syiddatul khauf)
Dalam kondisi darurat seperti ini, maka shalat khauf tidak bisa dilaksanakan berjamaah.
As-Syeikh Al-Allamah Muhammad Ibn Qasim Al-Ghazzi dalam kitabnya Fath Al-Qarib Al-Mujib (Syarah Matan At-Taqrib) menjelaskan sebagai berikut :
(وَالثَّالِثُ أَنْ يَكُوْنَ فِيْ شِدَّةِ الْخَوْفِ وَالتِّحَامِ الْحَرْبِ) هُوَ كِنَايَةٌ عَنْ شِدَّةِ الْاِخْتِلَاطِ بَيْنَ الْقَوْمِ بِحَيْثُ يَلْتَصِقُ لَحْمُ بَعْضِهِمْ بِبَعْضٍ، فَلَا يَتَمَكَّنُوْنَ مِنْ تَرْكِ الْقِتَالِ وَلَا يَقْدِرُوْنَ عَلَى النُّزُوْلِ إِنْ كَانُوْا رُكْبَاناً، وَلَا عَلَى الْاِنْحِرَافِ إِنْ كَانُوْا مَشَاةً (فَيُصَلِّي) كُلٌّ مِنَ الْقَوْمِ (كَيْفَ أَمْكَنَهُ رَاجِلاً) أيْ مَاشِياً (أَوْ رَاكِباً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ وَغَيْرَ مُسْتَقْبِلٍ لَّهَا) وَيُعَذَّرُوْنَ فِيْ الْأَعْمَالِ الْكَثِيْرَةِ فِيْ الصَّلَاةِ كَضَرَبَاتٍ مُتَوَالِيَّةٍ
“Ketiga : Jika berada dalam keadaan yang gawat sekali karena berkeca muknya peperangan. Ini merupakan petunjuk dari suatu keadaan kritis dalam peperangan antara kaum, sekiranya sebagian daging mereka bertemu dengan daging sebagiannya. Maka tidak memungkinkan bagi kaum meninggalkan medan pertempuran dan tidak dapat turun jika mereka itu berada di atas kendaraan dan tidak dapat membelok jika mereka berjalan kaki. Maka hendaknya tetap mengerjakan shalat dengan berjalan kaki menurut kemampuannya. Atau naik kendaraan dengan menghadap qiblat atau tidak. Dan diampuni melakukan perbuatan-perbuatan di dalam shalat disebabkan karena mereka dalam keadaan ‘udzur, seperti memukul-mukul secara sambung menyambung.”
Dengan membahas shalat khauf ini, paling tidak kita bisa memahami bahwa shalat berjamaah sangat penting. Dalam situasi yang sangat genting saja, para sahabat shalat berjamaah bersama Rasulullah SAW.
Wallahu A’lam.
Ridwan Shaleh
Referensi :
- Tafsir Al-Wajiz Syeikh Wahbah Az-Zuhaili
- Syarah Shahih Bukhari Ibn Hajar
- Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi
- Fath Al-Qarib Al-Mujib