Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Ar-Rahman mengirim 57 mahasiswa ke 14 desa di Jonggol, Jawa Barat. Mahasiswa yang dikirim tersebut tengah memasuki masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama dua bulan.
Rektor STIQ Ar-Rahman, Ustadz Haris Renaldi, mengatakan, KKN sudah menjadi kewajiban setiap mahasiswa tingkat akhir. Namun bedanya, mahasiswa KKN membawa misi dakwah khusus yang telah disepakati oleh pihak kampus.
Selain melakukan kerja nyata memberdayakan masyarakat, para mahasiswa itu juga menjadi pelopor program Bahagia Khatam Qur’an di setiap desa yang menjadi lokasi KKN. Program tersebut merupakan tema besar Milad AQL Islamic Center yang ke-14 pada 30 Juli 2022 M/1 Muharram 1444 H mendatang.
“Jadi, kegiatan besar dari mahasisiwa saat KKN itu adalah memassifkan program Bahagia Khatam Qur’an,” kata Ustadz Haris saat melepas mahasiswa KKN di Jonggol, Jawa Barat, Ahad (24/7/2022).
Sebelum terjun ke lapangan, para mahasiswa itu terlebih dahulu mengikuti karantina Khatam Qur’an selama 10 hari. Itu menjadi salah satu syarat utama sebelum terjun ke lapangan.
“Di mana pada saat mahasiswa 10 hari pembekalan ini, sebelum terjun ke lapangan untuk KKN, mereka wajib khatam Qur’an. Setelah khatam, baru boleh terjun KKN,” ucap Ustadz Haris.
Tak sampai di situ, pada hari pertama KKN, para mahasiswa tersebut diwajibkan mengkhatamkan Qur’an di posko masing-masing sebelum melaksanakan agenda lain. Saat menjalankan aktivitas nanti, mereka juga harus mengajak masyarakat memassifkan program tersebut.
“Mereka akan khatam Qur’an di masjid-masjid yang ada di desa-desa mereka yang tempati dengan mengundang masyarakat. Selain itu, bukan hanya orang tua, tapi juga dari anak-anak, ada bimbingan baca tulis Al-Qur’an sebagaimana program menuju Milad AQL ke-14,” ujar Ustadz Haris.
Selain itu, Ketua Yayasan AQL Islamic Center, Buya Iswahyudi, ingin KKN tak sekadar kegiatan formal seperti kampus-kampus pada umumnya. Dia berharap ada nilai lebih, salah satunya pengembangan dakwah tadabbur yang diawali dengan program Bahagia Khatam Qur’an.
“Kita akan mendapatkan manfaat dengan diadakannya KKN, kita yang terjun langsung ke masyarakat, kita bisa bersosialisasi nanti, bagaimana kita seharusnya nanti berdakwah di tengah masyarakat,” ujar Buya Iswahyudi.
Menurut dia, KKN sangat penting dijadikan bahan ajar tentang tata cara berdakwah di tengah masyarakat. Skill dakwah lapangan sangat dibutuhkan oleh seorang dai. Tak sedikit lulusan perguruan tinggi, bahkan dari luar negeri, kaku saat di lapangan lantaran tak punya skill tersebut.
“Karena tidak sedikit pelajar bahkan lulusan dari luar negeri tapi ketika terjun ke masyarakat, tidak bisa diterima masyarakat, karena tidak bisa mengambil hati, dan bergaul. Ini perlu, bagaimana kita bersosialisasi dengan masyarakat,” ucapnya.[ah/rilis]