Lafazh Talbiyah

 

Hadis Bukhari Nomor 1448

قَالَ الإِمَامُ البُخَارِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ تَلْبِيَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ

Imam Bukhari Rahimahullahu Ta’ala berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi’dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhua bahwa cara talbiyah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah: “Labbaikallahumma labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk. Laa syariika lak”. (“Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilanMu tidak ada sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala puji, nikmat milikMU begitu pula kerajaan. Tidak ada sekutu bagiMu”).

Pesan hadis :

Abdullah Ibn Umar RA menjelaskan bacaan Talbiyah Rasulullah SAW. Disunnahkan bagi para jama’ah haji atau umrah untuk memperbanyak membaca talbiyah.

Syarah tambahan :

Selain diriwayatkan oleh Imam Bukhari, hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 2029 dan Imam Ahmad no. 5749. Imam Bukahri meletakkan hadis ini pada Kitab Haji bab Talbiyah.

Para ulama berbeda pendapat tentang makna لَبَّيكَ, diantaranya: Aku menghadap dan bermaksud kepada-Mu, kecintaanku untuk-Mu, ketulusanku untuk-Mu, kulaksanakan ketaatanku pada-Mu, kudekatkan diriku kepada-Mu, aku tunduk pada-Mu. Makna yang paling awal lebih nampak dan masyhur karena orang yang sedang berihram adalah orang yang sedang memenuhi panggilan Allah pada saat berhaji ke rumah-Nya.

Lafaz Talbiyah pertama kali diucapkan oleh Nabi Ibrahim As. Terdapat riwayat yang lebih kuat dari Ibn Abbas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad Ibn Muni’ dalam musnadnya dan juga dari Ibn Abi Hatim melalui jalur periwayatan Qabus Ibn Abi Zhibyan dari ayahnya, dia berkata  berkata: “Ketika Ibrahim As selesai membangun Ka’bah, beliau diperintahkan untuk menyerukan kewajiban haji kepada manusia. Beliau berkata: “Wahai Tuhan, bagaimana suaraku bisa sampai?” Allah berfirman: “Serukanlah dan Aku yang akan membuatnya sampai!” Lalu Ibrahim As menyeru kepada manusia tentang kewajiban berhaji ke Baitul ‘Atiq (Ka’bah). Seruan tersebut terdengar oleh penghuni langit dan bumi. Lalu datanglah manusia dari segala penjuru bumi.

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum bertalbiyah dalam ibadah haji. Jumhur Ulama dan Madzhab Syafi’I berpendapat bahwa hukum membaca talbiyah adalah sunnah. Sedangkan menurut Madzhab Maliki dan Hanafi hukumya wajib dan harus membayar dam jika talbiyah ditinggalkan.

Bacaan talbiyah sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Umar ra. adalah bacaan yang disepakati oleh jumhur ulama dan sudah umum dibaca ketika haji dan umrah. Lalu bolehkah menambah lafaz talbiyah dengan lafaz lainnya?

Madzhab syafi’i mengatakan bahwa yang paling utama adalah dengan tidak menambahkan lafaz apapun kecuali dua kalimat, Labbaika Ilahal Haq atau Labbaika Innal Aisya Aisyul Akhirah. Sedangkan Madzhab Maliki, Hanafi dan Hambali mengatakan boleh saja ditambah atau tidak menambahnya sama sekali.

Wallahu a’lam.

Tim PKH

Referensi Utama:

  • Fath Al-Baari, Ibn Hajar Al-Asqallani, Al-Maktabah Al-Salafiyah, t.t. Juz 3 hal. 409.
  • Manarul Qari Syarh Mukhtashar Shahih Al-Bukhari, Hamzah Muhammad Qasim, Damaskus: Maktabah Dar Al-Bayan, 1410 H, Juz 3 hal 84-85.
  • Syarah Shahih Al-Bukahri Li Ibn Batthal, Riyadh: Maktabah Ar-Rusy, t.t. Juz 4 Hal 222-224
Donasi PKH