Berbicaralah Seperti Rasulullah

 

Manusia adalah makhluk sosial yang sudah pasti membutuhkan satu sama lain. Agar suatu keinginan, maksud dan harapan seseorang dapat dimengerti oleh orang lain, salah satu yang dilakukannnya adalah berbicara. Dan tentunya berbicara merupakan kegiatan pokok manusia dalam bersosialisasi.

Dari cara bicara, sesorang bisa dinilai akhlak dan kepribadiannya. Lawan bicara semakin nyaman dan dihargai ketika seseorang berbicara dengan tepat dan santun. Berbicara yang santun juga dapat meluluhkan kerasnya hati seseorang. Berbicara yang santun juga dapat meredamkan emosi seseorang. Jika sebaliknya, nasihat sebaik apapun belum tentu bisa diterima apabila disampaikan dengan lisan yang keras, air muka masam, garang dan ketus.

Bagaimanakah cara berbicara yang baik ? Berbicaralah seperti Rasulullah SAW. Berikut hadisnya[1] :

 

:عن الحسن بن علي رضي الله تعالى عنهما قال

«سألت خالي هند بن أبي هالة وكان وصافا، فقلت صف لي منطق رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم متواصل الأحزان، دائم الفكرة، ليست له راحة، طويل السكت، لا يتكلم في غير حاجة، يفتتح الكلام ويختمه (باسم الله تعالى) ويتكلم بجوامع الكلم، كلامه فصل، لا فضول ولا تقصير، ليس بالجافي ولا المهين، يعظم النعمة وإن دقت لا يذم منها شيئا غير أنه لم يكن يذم ذواقا  ولا يمدحه، ولا تغضبه الدنيا ولا ما كان لها فإذا تعدى الحق لم يقم لغضبه شيء حتى ينتصر له ولا يغضب لنفسه ولا ينتصر لها، إذا أشار أشار بكفه كلها، وإذا تعجب قلبها وإذا تحدث اتصل بها، وضرب براحته اليمنى بطن إبهامه اليسرى، وإذا غضب أعرض وأشاح، وإذا فرح غض طرفه، جلّ ضحكه التبسم، يفترّ عن مثل حبّ الغمام

“Dari Al-Hasan Ibn Ali RA, ia berkata : “Saya pernah bertanya kepada pamanku, Hindun ibn Abi Halah, yang sangat pandai menggambarkan sesuatu. Saya katakan kepadanya: Gambarkanlah kepadaku bagaimana cara Rasulullah berbicara. la berkata: Rasulullah SAW adalah seorang yang tampak selalu prihatin dan senatiasa berpikir. Beliau lebih banyak diam dan berbicara seperlunya. Beliau memulai dan mengakhiri pembicaraan beliau dengan menyebut nama Allah. Ucapan beliau selalu padat, detail, dan jelas, tidak lebih dan tidak kurang, tidak kasar dan tidak merendahkan. Beliau selalu mensyukuri nikmat walaupun sedikit dan sama sekali tidak pernah mencelanya. Beliau tidak pernah mencela dan rnemuji makanan. Urusan dunia beserta isinya tidak pernah membuat beliau marah. Jika kebenaran dilanggar, beliau tidak akan diam hingga kebenaran itu ditegakkan. Beliau juga tidak pernah marah dan tidak pula memperjuangkan kepentingan pribadi. Ketika menunjuk sesuatu, beliau selalu menggunakan seluruh telapak tangannya. Dalam keadaan takjub atau terkejut, beliau selalu membalik (telapak tangan). Ketika berbicara, beliau terbiasa menggunakan tangan untuk memperjelas perkataan dengan cara memukul-mukulkan telapak tangan kanan ke ibu jari kiri. Ketika marah, beliau berbalik dan berpaling. Ketika senang, beliau menundukkan pandangan. Tawa beliau adalah senyuman dan gigi beliau tampak seperti butiran salju.” (HR. Tirmidzi).

Begitu juga dengan hadis berikut, Nabi SAW selalu menghadapkan seluruh wajah beliau ketika menyimak lawan bicara :[2]

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا فَلَبِسَهُ قَالَ شَغَلَنِي هَذَا عَنْكُمْ مُنْذُ الْيَوْمَ إِلَيْهِ نَظْرَةٌ وَإِلَيْكُمْ نَظْرَةٌ ثُمَّ أَلْقَاهُ

“Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Rasulullah SAW membuat cincin dan memakainya. Beliau bersabda: ‘Sejak hari itu cincin ini telah menyibukkan aku dari urusan kalian, aku melihat kepadanya dan melihat kepada kalian.’ Setelah itu beliau membuangnya.” (HR. Nasa’i).

Beberapa poin yang bisa diambil dari hadis-hadis diatas jika kita ingin meniru sunnah Rasulullah SAW ketika berbicara :

  • Berbicara yang manfaat dan seperlunya.
  • Selalu memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan menyebut nama Allah.
  • Pembicaraan bersifat padat, detail dan jelas.
  • Berbicara dengan lembut dan tidak merendahkan lawan bicara.
  • Jika menunjuk sesuatu dalam berbicara, gunakanlah seluruh telapak tangannya, jangan hanya jari telunjuk saja agar jangan terkesan lebih tinggi dari orang lain.
  • Selalu membalikkan telapak tangan jika merasa takjub atau terkejut.
  • Membantu pembicaraan dengan sedikit gerakan tangan agar lebih mudah difahami.
  • Jika merasa marah dengan lawan bicara, hendaklah memalingkan badan. Hal ini dilakukan agar tidak meladeni lawan bicara dan meredam emosi.
  • Merespon dengan ekspresi yang tepat terhadap pembicaraan yang memang lucu dan menyenangkan. Hal ini dilakukan untuk meenghormati dan menyenangkan lawan bicara.
  • Menghadapkan seluruh badan dan wajah kepada lawan bicara. Hindari main HP atau sejenisnya saat menyimak lawan bicara.

Begitulah gambaran umum akhlak dan ciri khas Rasulullah SAW ketika berbicara kepada siapa saja. Jika seluruh umat Islam mencontoh sunnah Rasulullah SAW ketika berbicara, tentu damai sekali dunia ini. Cara bicara seperti ini berlaku untuk siapa saja, berlaku untuk atasan kepada bawahannya, suami kepada istri dan anak-anaknya, majikan kepada pembantunya, pemimpin kepada seluruh anggotanya dan siapaun dan apapun kedudukannya.

Sudah saatnya kita menyimak lawan bicara dengan maksimal. Letakkan HP dan Gadget Anda mulai sekarang dan seterusnya ketika rapat, diskusi, ngobrol dan bercengkrama dengan anggota keluarga.

Wallahu A’lam.

Ridwan Shaleh

[1] Lihat Kitab As-Syamail Al-Muhammadiyah Lit Tirmidzi, hadis no 226.

[2] Lihat Sunan An-Nasa’I Kitab Perhiasan Bab Nabi membuang cincin dan tak memakainya lagi.

Donasi PKH