Bekerja Dalam Pandangan Islam

 

Bekerja memang sudah menjadi tuntutan bagi setiap muslim yang mempunyai tanggungan. Bukan hanya sekedar untuk menutupi kebutuhan, bekerja merupakan salah satu sarana untuk berkarya dan menjaga kehormatan. Islam tentu memberikan apresiasi yang sangat tinggi bagi mereka yang bekerja dengan baik. Bahkan bekerja bisa menjadi ladang pahala jika diniatkan untuk beribadah kepada Allah.

Bekerjalah dan jangan jadi pengemis.

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الله الزُّبَيْرِ بنِ العوَّامِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :لأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُم أَحبُلَهُ ثُمَّ يَأْتِيَ الجَبَلَ، فَيَأْتِيَ بحُزْمَةٍ مِن حَطَب عَلَى ظَهِرِهِ فَيَبِيْعَهَا،

(فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ، أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ .(رَوَاهُ البُخَارِيّ

Dari Abu Abdillah, yaitu al-Zubair ibn al-Awwam ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sekiranya seseorang di antara kalian mengambil tambang lalu pergi ke gunung, kemudian ia datang kembali dengan membawa seikat kayu bakar di punggungnya, lalu menjualnya, kemudian dengan cara sedemikian itu Allah mencukupkannya, itu lebih baik daripada meminta-minta   kepada orang, bisa jadi ia diberi, dan bisa jadi ia tidak diberi. (HR al-Bukhari  no. 1378, Ibn Majah no. 1826  dan Ahmad no. 1333)

Allah SWT memberikan rezeki kepada seluruh makhluknya. Cara menjemput rezeki yang Allah berikan haruslah dengan cara yang halal. Allah dan Rasul-Nya memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada hamba-Nya yang maksimal berikhtiar dan sabar. Allah memberikan pahala dua kali, pahala ikhtiyar halal dan pahala kesabarannya.  Allah  menambahkan lagi pahala jika bersyukur dengan apa yang dihasilkannya, besar atau kecil, sedikit atau banyak. Selain pahala yang diperoleh, Allah juga memberikan keberkahan kepadanya.

Hadis di atas menggambarkan betapa ikhtiyar dengan keras walau pun hasilnya tidak sebanding dengan kuatnya usaha tetap lebih baik dari pada meminta-meminta. Meminta-meminta dibolehkan ketika dalam kondisi darurat dan hanya sementara, bukan profesi tetap seperti yang terjadi zaman sekarang ini. Bahkan peminta-minta kerap menipu dengan cara berpakaian kumuh dan wajah memelas seakan-akan menahan lapar, padahal dari hasil mengemisnya ia mendapatkan uang yang sangat banyak bahkan mampu membeli rumah dan kendaraan !

Para Nabi Juga Bekerja Mencari Rezeki.

عَنْ المِقدَامِ بن مَعْدِ يكَربَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَاماً خَيْراً مِن أَنَ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ الله دَاوُدَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ . رَوَاهُ البُخَارِيّ.

Dari al-Miqdam Ibn Ma’dikariba ra. dari Nabi saw., bersabda: Tidaklah seseorang makan suatu makanan, yang lebih baik daripada ia memakan hasil kerja tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud as. biasanya memakan hasil kerja tangannya sendiri. (HR al-Bukhari no. 1930, Ibn Majah no. 2129, Ahmad no. 16.552 dan 16.560)

Hadis diatas bermakna bahwa Allah dan Rasul-Nya sangat menghargai ikhtiar seorang hamba dalam mencari rezeki. Orang yang mencari nafkah halal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya merupakan bentuk tanggung jawab yang nyata. Kebalikannya, orang yang malas mencari nafkah tentu dibenci oleh Allah dan Rasul-nya karena ia meninggalkan kewaiban dan tangung jawab.

Islam mengajarkan agar pemeluknya memiliki kehormatan dan kemuliaan. Islam memerintahkan agar orang-orang beriman membangun generasi yang kuat dari segala sisi, terutama kuat iman, kuat ilmu, ekonomi, sosial, budaya dan lainnya.  Allah SWT berfirman :

وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (Q.S. An-Nisa: 9)

Selain memberikan apresiasi bagi orang yang rajin mencari nafkah halal, hadis di atas juga bermakna bahwa bekerja adalah salah satu wasilah untuk memperoleh karunia Allah berupa rezeki. Kekayaan tang didapat bukanlah semata-mata hasil usaha seorang hamba secara mutlak.

Para nabi yang sudah pasti rajn beribadah dan doa mereka dikabulkan saja tidak malas bekerja. Mereka bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Hadis di atas merupakan tamparan keras bagi mereka yang hanya berdo’a tapi malas bekerja. Ibn Hajar Al-Asqallani mengatakan bahwa terdapat riwayat Ibnu Abbas dalam Al-Mustadrak walaupun lemah secara sanad bahwa Nabi As berprofesi sebagai ahli pandai besi, Nabi Adam As bertani, Nabi Nuh As berdagang dan Musa As menggembala kambing. Oleh karena itu, siapa pun kita tidak boleh malas untuk bekerja.

Wallahu A’lam.

Ridwan Shaleh

 

Donasi PKH