Berdakwah di pedalaman memang penuh dengan tantangan. Apalagi bagi para dai yang harus bersyiar Islam di wilayah minoritas muslim. Kali ini kabar itu datang dari Tanah Karo, wilayah yang mayoritas ditempati oleh masyarakat non muslim.
Baca juga: Milad ke-14, AQL Islamic Center Bangun 14 Masjid
alah Ustadz Muhammad Iqbal Fathulhaq, dai muda dewan dakwah yang sudah satu tahun lebih mengabdi di sana, tepatnya Desa Kacinambun, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
“Ketika saya datang pun, memang jarang sekali terlihat anak anak muslim di sini, kalau ada anak anak pun itu bukan muslim. Jadi cukup berat juga,” ungkap dai muda Ustadz Iqbal Fathulhaq.
Kondisi di sana begitu memprihatinkan. Jangankan dawam dengan syariat islam, anak anak harus rela menempuh pendidikan di sekolah non muslim yang membuat mereka sangat awam dengan ajaran agama sendiri.
Rumah warga yang cukup jauh dari masjid karena berada di ladang ladang membuat ustadz Iqbal tak mudah menjangkau mereka. Belum lagi, banyaknya hewan najis yang berkeliaran di sekitar masjid membuat masyarakat bertambah enggan untuk beribadah ke sana.
Meski begitu, kehadiran ustadz Iqbal pelan tapi pasti mulai membuahkan hasil. Alhamdulillah kini binaannya terus bertambah hingga ia harus merombak jadwal belajar untuk menyesuaikan. Setiap Sabtu sampai Kamis siang ia mengajar TPA anak anak di Masjid Al-Arif. Adapun sorenya setiap pekan sekali, ia mengajar pengajian umum mengenai fikih kepada masyarakat umum.
Ustadz Iqbal ajarkan anak-anak banyak hal, mulai dari baca iqra’ dan Al-Qur’an, aqidah dan fikih, hafalan doa-doa dan surat-surat pendek, hingga kaderisasi pecinta masjid.
Kini, TPA mulai ramai kembali dengan gerak dakwah Ustadz Iqbal. Kedatangannya membawa berkah luas. Bahkan, dengan perkembangan anak-anak mengaji, orang tua mereka ikut melakukan syukuran yang biasa disebut Kuludan yaitu kegiatan syukuran ketika seorang anak sudah menyelesaikan tahapan belajar Iqro, tilawah sampai juz 15, dan khatam tilawah. Alhamdulillah.
“Kami sangat mendukung kegiatan pengajian ini. Walaupun masyarakat di sini masih sulit untuk beribadah, semoga yang ada sekarang bisa Istiqomah belajar dan beribadah,” ucap nadzir masjid.
Mengajari Anak-Anak yang Tak Bisa Sekolah
Selain itu, Ustadz Iqbal juga membina anak-anak yang tidak bisa sekolah formal. Ketiadaan biaya yang cukup juga membuat sebagian anak-anak binaannya tidak bisa mengenyam pendidikan di sekolah.
Ketidaksanggupan mereka terhadap biaya, membuat mereka tidak sekolah dan harus membantu orang tua di ladang. Awalnya anak-anak ini tidak pernah ke masjid, namun dengan semakin seringnya mereka melihat dakwah Ustadz Iqbal melalui kegiatan-kegiatan mengajinya di masjid, lama-lama mereka tertarik.
Ramadhan kemarin mereka datang ke masjid untuk ikut shalat tarawih dan ikut belajar. Bahkan, setelah ramadan pun mereka meminta Ustadz Iqbal agar tetap bisa mengajari mereka lagi.
Lelah pasti terasa setelah mereka membantu bekerja di ladang, sehingga terkadang mereka izin istirahat. Namun, meskipun masih Iqra’, mereka tetap semangat untuk belajar mengaji.
Sedikit demi sedikit Ustadz Iqbal ajarkan mereka tahsin dasar. Mulai setelah shalat Maghrib atau Isya, mereka belajar. Dengan sabar Ustadz Iqbal perkenalkan huruf-huruf hijaiyyah satu per satu, masing-masing dieja, ditirukan, dan dibenarkan cara pengucapannya.
Nyatanya, keberadaan guru ngaji dan Al-Qur’an memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaaan anak-anak di Tanah Karo ini, agar mereka terbentengi dari pengaruh negatif kemajuan zaman.
Besar harapan, tidak ada cita-cita lain melainkan terlahirnya generasi qur’an yang kelak bisa membangun negeri dan daerahnya di Tanah Karo, Sumatera Utara ini.[ah/rilis]