Pergantian Tahun Merupakan Salah Satu Tanda Kebesaran Allah

 

Allah adalah Tuhan Yang Maha Besar, Maha Perkasa, Maha Mulia dan segala nama dan sifat wajib yang layak disandang-Nya. Allah berkehendak memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran dan kemulian-Nya kepada manusia agar mentadabburi dan menginsyafinya. Dengan gaya bahasa dan nilai sastra yang sangat menakjubkan, Allah menyampaikan tanda-tanda kebesaran-Nya di dalam Al-Qur’an.

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imran : 190)

Langit dan bumi yang begitu luas dan besar dan segala macam yang ada pada keduanya tentulah sangat menakjubkan jika direnungi. Begitu sulitnya menciptakan mereka. Alih-alih menciptakan langit, menciptakan seekor kutu saja manusia tidak mampu hatta ia seorang professor sekalipun ! Belum lagi lautan, tata surya, gunung-gunung penancap bumi yang di dalamnya ada cairan ribuan kubik yang panasnya sangat dahsyat ! Bagaimana pula dengan milyaran pohon yang tumbuh di atas tanah dengan ragam warna, ragam buah baik bentu dan rasanya padahal ditanam di tanah yang sama dan disirami dengan air yang sama pula ? Bagaimana pula dengan milyaran binatang yang begitu rupa bentuk dan suaranya, baik yang liar mapun yang jinak. Ada yang dimanfaatkan dagingnya untuk kita makan. Ada bulu dan warna kulitnya yang indah dipandang mata dan ada pula yang kita jadikan pakaian. Ada pula yang kita jadikan kendaraan. Bahkan binantang pengganggu seperti tikus, kecoa, lalat, serangga. Sepintas mereka tidak ada manfaat sama sekali di mata kita. Padahal berapa milyar perputaran uang bisa terjadi lantaran keberadaan mereka. Ragam produk pembasmi serangga, tikus, kecoa, kutu dan lain-lain tercipta. Ma Sya Allah ! Entah berapa lama proses penciptaan langit dengan tingkat kesulitan super tinggi. Tapi semua itu sangat mudah bagi Allah, Kun Fa Yakun !

Tanda berikutnya adalah silih bergantinya siang dan malam. Allah mengajak makhluknya yang dianugerahi akal pikiran agar memperhatikannya. Dengan silih bergantinya malam dan siang, menjadikan suhu bumi ini stabil. Makhluk yang tinggal di bumi termasuk manusia, hewan dan tumbuhan dibuat nyaman untuk menjalani hidup. Apa yang terjadi jika bumi tidak ada siang? Apa yang dirasakan penduduk bumi jika tidak ada malam ? Nikmat mana lagi yang bisa kita dustakan?

Silih bergantinya siang dan malam tentu terjadi karena adanya matahari dan bulan. Revolusi matahari dan bulan serta berputarnya bumi pada porosnya merupakan Taqdiirul Azizizil ‘Aliim ! Melalui media matahari dan bulan, manusia dapat menghitung waktu dan membuat sistem penanggalan.

وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ ءَايَتَيْنِ فَمَحَوْنَآ ءَايَةَ ٱلَّيْلِ وَجَعَلْنَآ ءَايَةَ ٱلنَّهَارِ مُبْصِرَةً لِّتَبْتَغُوا۟ فَضْلًا مِّن رَّبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا۟ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ وَكُلَّ شَىْءٍ فَصَّلْنَٰهُ تَفْصِيلًا

“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami), kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang, agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.” (Q.S. Al-Isra’ : 12)

Allah memberi nikmat siang agar mudah mencari rezeki dan nikmat malam untuk tidur dan beristitahat. Dan dengan siang-malam, matahari dan bulan, kita bisa menghiung waktu. Kita bisa membuat agenda dan program yang akan dilakksanakan semau kita. Hari apa, tanggal berapa, bulan apa dan tahun berapa bisa kita kondisikan untuk melaksanakan sesuatu . Semua itu tidak akan pernah terjadi sedetikpun jika Allah tidak menciptakan matahari dan bulan serta bergantinya siang dan malam ! Nikmat mana lagi yang akan kita dustakan ?

  فَالِقُ ٱلْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ ٱلَّيْلَ سَكَنًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-An’am : 96)

Matahari atau bulan bisa dijadikan media untuk menghitung perputaran waktu yang kita sebut dengan kalender. Jika perhitungan berdasarkan pergerakan bumi mengelilingi matahari, maka disebutlah dengan istilah kalender matahari atau syamsiyah. Mulai menghitungnya tergantung manusianya. Saat ini kalender sistem matahari dimulai sejak lahirnya Nabi Isa AS menurut perkiraan. Jika perhitungan berdasaran media bulan, maka disebutlah kalender qamariyah. Perhitungan kalender qamariyah dimulai sejak peristiwa hijrahnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan para Sahabat Radhiyallahu Anhum dari Makkah ke Madinah.

Pergantian tahun, baik menurut sistem hitungan matahari atau bulan adalah suatu keniscayaan dan merupakan sunnatullah yang ada sejak dulu dan akan berakhir hari kiamat kelak. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Yang paling benar adalah dengan mentadabburi peristiwa tersebut.

Sejatinya, salah satu hikmah dari pergantian waktu, baik detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun adalah meunggu ajal kita. Sudahkah waktu yang kita lewati ini penuh makna atau sia-sia? Apakah waktu yang kita lewati penuh dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya atau maksiat? Apakah waktu yang kita lewati lebih banyak memberi manfaat kepada orang lain atau sebaliknya, zhalim, menipu, menindas, memfitnah ? Itu yang seharusnya  dilakukan ! Jika ada pertanyaan, apakah boleh memperingati tahun baru dengan joged ria bercampur baur antara pria dan wanita yang bukan mahrom? Apakah boleh memperingati pergantian tahun baru dengan menghabiskan malam penuh hura-hura ? Apakah boleh menyambutnya dengan tiup terompet dan kembang api ? jawabannya bukan boleh atau tidak, tapi tanyalah hati nurani kita. Yang diinginkan oleh Allah adalah tadabbur koq !

Salah satu pesan Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Sallam terkait waktu dan usia :

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Dari ‘Abdullah bin Busr, seorang badui bertanya: Wahai Rasulullah, siapa orang terbaik itu? Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam menjawab: “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.“ (HR. Tirmidzi).

Jika merasa belum baik amal, masih ada waktu dan kesempatan untuk memperbaiki dan memaksimalkannya. Detik, menit, jam, hari dan tahun yang akan kita temui adalah sisa yang Allah berikan untuk kita semua.

Wallahu A’lam.

Ridwan Shaleh

Donasi PKH